Sampah
Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik.
Sampah
organik dibagi dua yaitu :
- Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur)Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebum (rumput, daun-daun kering/basah) .
- Sampah Organik Hewan
yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya.
Sampah
anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng,
bermacam-macam jenis plastik, styrofoam, dll.
Sampah
organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa
diproses tersendiri untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah anorganik berupa
plastik dikurangi pemakaiannya, memakai ulang barang-barang yang diperlukan,
didaur ulang, yang masih bersih dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.
Sampah
anorganik yang dapat didaur ulang misalnya :
-
kemasan-kemasan plastik untuk dijadikan tas.
-
Botol plastik bekas dapat dibuat menjadi tutup gelas.
-
Gelas plastik bekas dapat dibuat pot-pot tanaman
Sampah
yang bersih dapat dijual/diberikan pada pemulung. Misalnya karton, kardus,
styrofoam, besek, botol, plastik-plastik kemasan makanan, kantong-kantong
plastik, koran, majalah, kertas-kertas, dan sebagainya. Jenis-jenis yang bersih
ini pisahkan dalam satu kantong, langsung saja diberikan pada pemulung tanpa
dibuang ke bak sampah terlebih dahulu.
Sampah
yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan
pada pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat
membantu mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan
Akhir).
Mendaur
Ulang Sampah Dapur Rumah Tangga
Alternatif
1 :
Siapkan
:
- Kardus
- Bantalan yang dibuat
dari sabut kelapa yang dibungkus dengan kasa nyamuk plastik
- 5-6 kg kompos yang
dibuat dari tumbuh-tumbuhan
- Sampah yang telah
dipotong-potong ukuran 2 - -4 cm
- Alat pengaduk
- Karung plastik yang
berpori-pori (untuk membungkus kardus) atau keranjang tempat cucian baju
kotor (takakura).
Cara
membuat :
- Letakkan bantalan
sabut kelapa diatas adukan kompos + sampah
- Lakukan lapis demi
lapis sampai kardus penuh. Kardus disimpan di dalam keranjang (takakura)
atau bungkus dengan karung plastik yang berpori. Letakkan ditempat yang
tidak terkena hujan dan terik matahari. Setiap 3-4 hari dibuka dan
diaduk-aduk, lakukan terus sampai seluruh sampah menjadi hitam, hancur.
- Sampah telah berubah
menjadi kompos siap pakai/dijual. (untuk dijual, diayak terlebih dahulu).
Jika kardus pertama penuh, buatlah kardus kedua, dst.
Alternatif
2 :
- Wadah drum, ember
plastik atau gentong
- Wadah diberi lubang
didasarnya untuk pertukaran udara
- Bahan sampah yang
dipotong 2 – 4 cm
- Mikroorganisma
pengurai sebagai aktivator. Contohnya EM-4, Starbio, Temban. Bahan-bahan
ini bisa diganti dengan kompos dari tumbuh-tumbuhan.
- Air
- Alat pengaduk.
Cara
membuat :
- Bahan sampah
dimasukkan didalam wadah selapis, kemudian ditambahkan kompos atau
mikroorganisma pengurai
- Lakukan terus menerus
selapis demi selapis sampai wadah penuh
- Disiram dengan air
secara merata
- Pada hari ke 5 -7,
media dapat diaduk-aduk. Pengadukan diulang setiap lima hari dan
dihentikan sampai sampah menjadi hitam dan hancur.
- Sampah telah berubah
menjadi kompos.
Catatan
:
Pengaturan
suhu merupakan faktor penting dalam pengomposan. Salah satu faktor yang sangat
menentukan suhu adalah tingginya tumpukan. Tumpukan lahan yang terlalu rendah
akan berakibat cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup
material untuk menahan panas yang dilepaskan sehingga mikroorganisma tidak akan
berkembang secara wajar. Sebaliknya bila timbunan terlalu tinggi, akan terjadi
kepadatan bahan organic yang diakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadi
sangat tinggi dan tidak ada udara di dalam timbunan. Tinggi timbunan yang
memenuhi syarat adalah 1,2 – 2,0 meter dan suhu ideal selama proses pengomposan
adalah 40 derajat-50 derajat C.
Untuk
mempercepat terjadinya proses pengomposan, maka pH timbunan harus diusahakan
tidak terlalu rendah. Namun, pH timbunan yang rendah dapat dicegah dengan
pemberian kapur, abu dapur atau abu kayu.
Bahan
mentah yang baik untuk penguraian atau perombakan berkadar air 50 – 70 %. Bahan
dari hijauan biasanya tidak memerlukan tambahan air, sedangkan cabang tanaman
yang kering atau rumput-rumputan harus diberi air saat dilakukan penimbunan.
Kelembaban timbunan secara menyeluruh diusahakan sekitar 40 – 60 %.
Pada
saat pengomposan akan timbul asap dari panas yang dikeluarkan. Hal ini akan
mengakibatkan timbunan bahan menjadi kering. Agar hal ini dapat diketahui
sedini mungkin, ke dalam timbunan perlu ditancapkan bambu panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar