KOMPAS.com - Rumah biasanya menjadi tempat yang paling nyaman bagi kita.
Di balik perlindungan tersebut, rumah ternyata menyimpan potensi ancaman
terhadap kesehatan kita.
Gangguan di dalam rumah di antaranya
datang dari dua macam sumber polusi. Pertama, polusi yang dikeluarkan
unsur-unsur kimia dari bahan bangunan rumah. Kedua, polusi berupa unsur
elektromagnetik yang datang dari peralatan listrik yang kita gunakan.
Bahan pembasmi serangga jelas
berpotensi menjadi sumber polusi kimia. Cat dan bahan penyelaras akhir (finishing)
lain, yang berasal dari zat-zat kimia anorganik, juga berpotensi mengeluarkan
zat-zat polusi kimia. Polusi itu tak hanya berlangsung pada saat pengecatan,
tetapi juga sepanjang keberadaan rumah kita.
Bahan-bahan seperti plywood,
pipa PVC, permadani berbahan sintetis, juga berpotensi "memancarkan polusi
kimia". Itu karena dalam proses pembuatan bahan-bahan tersebut banyak
melibatkan bahan-bahan kimia yang berpotensi bersifat polutan.
Saptono Istiawan, seorang arsitek
yang tinggal di Jakarta, memberikan beberapa kiat untuk mengatasi polusi kimia
di dalam rumah.
Untuk bangunan rumah lama:
- Buatlah
sirkulasi udara yang baik. Kebanyakan polutan/racun yang disebutkan di atas
berbentuk uap yang beterbangan dalam ruangan. Dengan sirkulasi yang baik, udara
yang terpolusi bisa dikurangi.
- Hindari atau
paling tidak minimalkan penggunaan bahan pestisida antiserangga dan juga
bahan-bahan pembersih.
Untuk bangunan rumah baru:
- Sedapat mungkin
gunakan bahan-bahan alamiah, seperti kayu dan batu alam. Hindari pemakaian
bahan-bahan sintetis.
- Rumah yang baru
selesai dibangun sebaiknya tidak langsung dihuni sampai bahan-bahan penyelaras
akhir, seperti cat dan pelitur, tidak lagi mengeluarkan bau yang menyengat.
- Buatlah desain
rumah dengan sirkulasi udara yang baik. Untuk menanggulangi polusi
elektromagnetik, sebaiknya kita selektif memilih dan memperlakukan peralatan
listrik. Memang, zaman sekarang sulit sekali untuk tidak menggunakan lemari es,
komputer, microwave, penyedot debu, dan sebagainya.
Supaya manfaatnya kita nikmati,
tanpa harus mengecap dampak buruk yang ditimbulkannya, cobalah kiat berikut.
1. Letakkan
peralatan seperti TV, radio, dan komputer, di daerah yang tidak sering
dilewati. Hindari penempatan alat-alat itu di ruang tidur.
2. Jika mungkin,
untuk bangunan rumah baru pakailah jasa instalator yang bersertifikat,
berpengalaman, sangat peduli pada polusi elektromagnetik.
"Sebuah penelitian menyebutkan ada 12 tanaman indoor
yang memiliki dampak positif dalam ruangan. Dari 12 tanaman tersebut, 10
diantaranya ada di Indonesia seperti tanaman sansievera dan palem
bambu," ujarnya.
”Kalau kita mau memerhatikan, pengurangan
emisi karbon di rumah kita sebenarnya adalah penghematan yang nantinya akan
mengurangi biaya rutin bulanan kita. Tetapi, lebih daripada hitungan ekonomi,
ternyata berhemat juga mengurangi beban pencemaran bumi atas emisi karbon,”
kata Musfarayani. (ROW)